Ini Ceritaku!

              

Aku berjalan di koridor sekolahku mengamati seseorang yang sedang bercanda bersama temannya di seberang sana memerhatikannya secara diam-diam, entahlah apakah laki-laki itu merasa di awasi atau tidak.

“CA! gua cariin kemana eh ternyata disini” gumam seseorang menghampiriku yang dari nadanya bisa dipastikan ia sedang mencariku tapi aku masih terlalu sibuk untuk memperhatikan seorang laki-laki disebrang sana.

“ca ih” rengeknya dengan melambaikan telapak tangannya depanku.

“apasih Eca elo ganggu gua aja deh pemandangannya lagi bagus tau.” Ucapku menggerutu karena merasa terganggu. Seorang perempuan yang aku panggil Eca itu langsung mengikuti arah pandanganku.

“oh pantesan, mau sampe kapan lo ngeliatin dia dari jauh mulu, ajakin kenalan dong kan elo punya pin dia, ya di ajak chatlah” ucap Eca padaku.

“gila lo diakan senior basket gua, mau abis gua kalo ketauan kaka basket cewenya terus di cie-ciein?” ucapku sedikit ngeri.

‘Hay Namaku Clarissa Salssabila kalian bisa panggil aku Aca, aku anak kelas X.1 di SMA Pelita Harapan aku disini ekskul  Basket kalian tau dong basket itu gimana, seseorang disamping aku ini namanya Reisa Fildzain Natadirja bisa kalian panggil dia Eca, dia bisa dibilang sahabat aku udah cocok kan kita Aca&Eca dan orang di sebrang sana yang sedang kuperhatikan senior Basketku Namanya  Andi Mirzani Fadillah hanya mengagumi tidak lebih, aku rasa seperti itu dan memangnya harus seperti itu’

“ya kalo lo Cuma liatin dia dari jauh sih gaakan ada efeknya mending lo samperin kek, apa kek ga kayak gini” gerutu Eca padaku

“ini tuh sama aja kayak masukin diri gua kedalam hutan yang isinya macan tau gak” ucapku menjelaskan

“dari pada gini terus, ya seenggaknya ada kemajuan ca, eh ayo ah ke kantin kok jadi bahas tu orang” ucapnya menarik tanganku.

Kami berjalan bersama menuju kantin, tempat penghuni SMA ini mengisi kampung tengahnya.

“lo mau makan apa ca?” Tanya Eca padaku

“paling bakso kenapa gitu?” jawabku sambil melihat gerobak bakso yang penuh. “eh tapi kayanya soto deh abisnya penuh banget” lanjutku sedikit ngeri.

“oh engga gapapa, yuk ah mesen” ujarnya

Kami memesan 2 soto ditambah 2 es teh manis berhubung tidak ada yang mengantarkannya kami membawa sendiri pesanannya, sampai di lantai dua tempat makannya kami melihat-lihat dan memilih jajaran tempat duduk kedua dari ujung  dan aku mengambil posisi paling pinggir tempat yang strategis untuk melihat pemandangan, untung-untung kalau kaka kelas yang ku pandangi tadi ada. Makan dengan topik pembicaraan seputar laki-laki, bukan aku yang bercerita tapi temanku kalau aku lebih senang mendengarkannya membahas tentang  smsannya  dengan pacarnya yang ‘kata Eca’ nyebelin tapi menurutku itu lucu. Kalau udah denger cerita Eca rasanya pengen ngerasain juga hal yang sama.

“eh,eh,eh kak Andi” ucapku pelan seraya memiringkan posisi dudukku dan memandangi setiap gerak geriknya. “dia manis banget ya” ucapku mendeskripsikan seniorku itu. “eh dia ngeliat kesini” ujarku yang langsung mengalihkan pandangan.

“masa sih, kali aja ngeliat pacarnya gitu” ucap Eca yang sedikit polos sambil metihat ke arah bawah

“pacarnya siapa? Emang dia punya pacar? Eh jangan di liatin gitu juga ah nanti dia ngerasa lagi” ucapku sedikit ngeri

“kan kata gua kali aja ca” ucap Eca yang sedikit polos yang dibuat-buat. aku hanya mendengus kesal.

Setelah makan kami menuruni anak tangga sampai di tiga anak tangga sampai dibawah mataku sudah mengedar ke ujung kanan dan kiri kantin tempat membeli makanan, “sudah kuduga!”  gumamku Sosok itu ku temui di kantin paling ujung sebelah kanan, entahlah disana ada jajanan apa tapi yang jelas dia sering ke kantin itu.

Aku berjalan lurus menyusuri koridor bawah tapi rasanya masih ingin mencuri pandang melihat kearah pojok kantin. Entahlah cara yang ku gunakan ini ga banget suka diam-diam, apasih rasanya? Ya seperti ini ada enaknya ada tidaknya tapi lebih dominan ga enaknya.

Sangkin ingin melihat ke arah kaka kelas itu aku lupa untuk melihat kedepan alhasil aku menabrak seseorang hingga aku tersungkur jatuh ke lantai, sebuah tangan terulur didepan wajahku aku melihat tangan itu hingga wajah sang empunya tangan itu. Hmm tangan itu milik kaka kelas yang dulu pernah mengospekku orang yang pernah dekat denganku. Tak berfikir panjang aku menyambut uluran tangan itu kulihat Eca di kejauhan hanya bengong lalu menghampiriku,  lalu ia memperlihatkan deretan gigi rapinya kepada laki-laki yang tadi menolongku, Eca langsung menarik tanganku sebelum aku berterimakasih  dan aku hanya diam terpaku melihat senyumnya. Langsungku tersadar dan berjalan seperti semula.

Aku berdiri di depan kelasku masih terdiam memikirkan kejadian tadi. senyum itu, senyum yang tidak bisa kulupakan, ia yang dulu pernah mengisi hari-hariku, ia yang selalu membuatku salah tingkah ketika bertemunya, ia yang selalu menguras otaku untuk memikirkannya, dan karena ia juga yang membuatku menyudahkan sebuah ikatan.

Beberapa bulan yang lalu, namanya Farhan aku mempunyai hubungan special dengan dia, ia seseorang yang 1 tahun lebih tua di atasku, dia yang menemani hari-hariku, dia mewarnai beberapa lembar kertas hidupku, hubungan kami harmonis tidak pernah ada pertengkaran yang hebat tapi tidak berjalan lama.

Seminggu sebelum aku menyudahi hubunganku dengan farhan, aku dekat dengan seniorku yang lebih tua 2 tahun dariku namanya Ilham ia yang tadi kutabrak, aku mengenalnya jauh lebih dulu sebelum aku mengenal Farhan, aku menyukainya jauh lebih dulu sebelum aku menyukai Farhan, ia seseorang yang bisa dengan mudah membuatku nyaman didekatnya, kedekatanku dengan kak Ilham itu tidak diketahui oleh Farhan, aku tahu bahwa kak Ilham ini memiliki pacar tapi dia selalu bercerita bahwa hubungannya tidak lagi harmonis, dan ia bilang kalau ia menyayangiku. 3 hari setelah kedekatan aku dan kak Ilham  aku mulai sedikit menjauhi Farhan, Farhan yang merasakan sikapku berubah sempat bertanya padaku.

“kamu kenapa kayaknya akhir-akhir ini berubah”tanyanya padaku.

“hah? Hmm gapapa ko mungkin itu cuma firasat kamu aja” sangkalku padanya.

“beneran gapapa?” tanyanya lagi padaku

“serius beneran, gapercaya banget sih” elakku.

Setelah aku berfikir panjang malamnya aku meminta menyudahi hubungan kami dengan alasan aku bukan yang terbaik untuknya, dan dia dengan mudah meng’iya’kan mungkin ia merasa aku tidak bahagia dengannya lalu melepasku dengan mudah, tapi sifat dia yang mudah melepasku itu yang membuatku semakin menyesal.

Hari demi hari aku jalani bersama kak Ilham tanpa ada ikatan, tapi aku dan eca merasa ada yang ganjil  dengan hubungan kak Ilham dengan pacarnya. Sekali, dua kali, tiga kali dan mungkin berkali-kali aku meng ‘gap’ dia sedang berduaan dengan pacarnya harusnya aku tidak perlu cemburu dengan hal itu karena itu wajar karena aku bukan siapa-siapanya,  saat aku tidak meminta penjelasan tapi kak Ilham malah menjelaskan bahwa ia sedang ribut besar hingga harus berdua saja.

Dia selalu membuatku terbang kelangit tinggi dan dia juga sering membuatku terjatuh dengan mudahnya, baru aku dan Eca selidiki bahwa kak Ilham dan pacarnya sangat harmonis sekali.

Aku merasa tolol ketika mendengar informasi dari beberapa temanku tentang hal itu, entahlah bisakah aku melupakan kak Ilham dengan semua penyesalan terhadap Farhan?

“Sekarang aku bukan aca yang mudah di bego-begoin dengan sebuah kalimat ‘sayang’, yang lalu biarlah menjadi pembelajaran untukku tapi untuk move on itu masih belum bisa ku katakana entah kapan dan sama siapa” fikirku dalam hati.

“Ca, Aca!!!!!” ucap Eca dengan berteriak disamping kupingku.

“gua masih denger Eca” dengusku

“nih hp lo ada chat dari kak Andi” ucapnya seraya mengasihkan hpku padaku.

“hah serius?” langsungku sambar hpku dari tangan Eca.

Langsung ku buka handphoneku untuk memastikan. yap ternyata benar! “Jangan lupa ya besok latihan buat turnamen minggu”  rasanya seperti sedang naik Halilintar di Dunia Fantasi di barisan paling ujung tanpa memegang besi penahannya, rasanya ingin berteriak-teriak ditengah lapangan upacara dan memberitahu semuanya.

“biasa aja dong idungnya gausah kembang kempis gitu, hebatkan gue” ucap Eca padaku lalu masuk kedalam kelas.

Baruku sadari dari kalimat Eca ‘hebatkan gue’ ada sesuatu yang ganjil dan aku melihat view recent messages ternyata Eca yang duluan men-chat mengaku sebagaiku.

“bisa mati malu gua besok kalo latihan” rutukku dengan menepok jidat.

Walaupun aku menginginkannya tapi kalau begini jadinya lebih baik tidak sama sekali.

teeeet…. Teeeet…

suara bel pelajaran terakhir berbunyi, pelajaran matematika sore ini tidak terlalu ku perhatikan lantaran kepikiran bagaimana jadinya nanti. Lalu pak Yono guru matematika ku mengabsen satu persatu murid dikelas. Saat namaku disebut aku hanya diam melamun Eca pun sudah manyiku tanganku tapi aku masih saja melamun, mungkin sampai pak Yono hilang kesabaran lantaran ketika namaku dipanggil tidak ada yang menyahuti.

“ehem, ehem Clarissa Salssabila” ucap pak Yono dengan memutarkuan ujung kumisnya tapi tidak ada balasan sahutan dariku.

“CLARISSA SALSSABILA” ucap pak Yono sekali lagi dengan menggebrakkan mejakku, aku terkaget langsung kujawab “Hadir Pak” dengan mengangkat tangan dan nada seperti orang latah.

“sedang melamuni apa kamu?” Tanya pak Yono masih dengan style yang sama

“hmm anu, anu mikirin untuk minta izin ke toilet pak hehe”  ucapku meringgis ketakutan

“hmm silahkan ke toilet dan lain kali perhatikan!” ucap pak Yono meninggalkan mejaku, lalu melirik Eca disampingku tersenyum getir mengisyaratkan ‘gua keluar dulu ca!’ Eca disampingku hanya menggeleng-gelengkan kepala.

Sesudah diluar kelas aku langsung ngelus dadaku lantaran masih kaget “ga lagi-lagi gua ngelamun kayak tadi” ucapku pada diriku

Langsung aku berjalan menuruni tangga menuju toilet, di jalan sempit menuju toilet aku bertemu!!! Bertemu dengan kak Andi dan… dia senyum kepada ku dan aku hanya membalas senyumannya dan manunduk malu. ‘oh tuhan kenapa ga dari dulu aja’ batinku.

Aku ke dalam toilet sendiri ‘serem banget ya kenapa tadi ga ajak Eca’ rutuku dalam hati, aku memasuki toilet nomer 1 karena takut dan tidak berani terlalu dalam, lalu terdengar bunyi gayung yang berisi air jatuh ke lantai aku langsung membuka pintu toilet dan lari terbirit-birit sampai di atas lantai 2 aku berhenti dan menunduk karena terlalu cape lari. Aku berjalan memasuki kelas dengan nafas tersengal-sengal dan menahan  pipis.

“ca lo abis pipis atau mandi? Basah amat” Tanya Eca yang tangannya menempel pada tanganku.

“gua abis ketemu malaikat terus ketemu setan” ucapku ngasal sambil membuka buku dan mulai mencatat yang ada di papan tulis.

“malaikatnya siapa? Dan setannya siapa?” Tanya eca polos

“malaikatnya gue, setannya yang ada disamping gue sekarang ca” jawabku sedikit ngasal tanpa beralih dari buku yang sedang ku tulis

“ko malaikatnya elo? Gimana caranya elo ketemu elo? Terus setannya di samping elo? Ngeri amat” ujarnya masih tidak menyadari arti dari kalimat yang aku ucapkan sedetik, dua detik, tiga detik “ jahat amat lo bilang gua setan” lanjut Eca yang baru menyadari arti dari kalimatku.

Wajahku langsung beralih ke Eca dan langsung ku pegang kening eca “pantesan panas, lemotnya ga sembuh-sembuh jadinya” ketusku dan langsung melanjutkan menulis lagi.

Alunan lagu Ran Buka Semangat Baru terputar dari speaker di dalam kelas menandakan bel pulang sekolah. Bel yang di tunggu-tunggu oleh sebagian siswa yang mendapatkan pelajaran yang super membosankan bersenandung bagaikan penyelamat.

“akhirnya bel juga” gumamku pada diriku dan langsung menyembunyikan wajahku dalam siku tanganku

“ca gua masih ga ngerti yang tadi, ceritanya seriusan dong” melas Eca padaku karena terlanjur ingin tahu.

“jadi gini ca tadi pas gua ke toilet gua ketemu kak Andi nah dia senyum sama gua dan senyumnya itu bagaikan malaikat, dan elo tau….” Ucapku sengaja kupotong “gatau ca elokan belum selesai cerita” balas eca padaku “Eca, belum selesai gua ceritanya!!! Awas jangan dipotong lagi! Dan di toilet gua masuk toilet pertama dan pas baru gua kunci di toilet ujung gua denger bunyi gayung berisi air jatuh ke lantai, gua takut tapi gua pengen pipis sekarang” ucapku memelas “anterin ke toilet yuk” lanjutku.

“yaudah deh ayok, ngeri liat tampang melas lo kayak gitu” ucap Eca menggoda.

“enak aja” aku dan Eca berjalan menuju toilet melewati koridor ruang guru sepertinya Eca ingin menyelam minum air, kalimat itu yang Eca sering ucapkan ketika ingin melihat pacarnya dari kejauhan atau kalo anak zaman sekarang bilangnya ‘modus’.

Untunglah toilet saat pulang sekolah ramai mungkin saat pembelajaran pada nahan pipis gara-gara guru yang nyeremin.

Setelah dari toilet aku dan Eca kembali ke kelas untuk mengambil tas kami melewati koridor ruang guru seperti tadi  sampai di atas dari sisi lain pacarnya Eca juga sampai di atas, sepertinya mereka akan pulang bersama.

“ayo ca pulang” ajak kak Rizky pacarnya Eca.

“duh asiknya yang di jemput pacar” sindirku padanya

“apasih ca nanti gua suruh ka Andi jemput lo deh” ujar Eca seraya keluar kelas

“boleh juga ide lo ca” ujar gue dengan tampang kecut “terus nanti gua di sindir kaka kelas gitu” lanjutku.

Eca hanya tertawa mendengar ketakutanku “mau bareng ga?” Tanya Eca padaku.

 “ga, gausah nanti gua ganggu elo lagi” ucapku.

“yaudah, gua duluan ya guys” ujar Eca ke isi kelas.

“yaudah sano cepet enyah dari pandangan gua” candaanku.

Sekitar 15 menit setelah Eca dan Ka Rizky pulang, baru aku pulang mengambil motorku yang ku titipkan di tempat parkir samping SMA ku. Aku berjalan sendiri dengan melihat untuk membalas chat dari kak Andi tadi siang. “hmm… balesnya apa ya kira-kira” gumamku. “iya kak siap pasti latihan kok” itu balesan chat ku untuknya. Saat aku mengalihkan mataku pada jalan di depan aku melihat seseorang berjalan didepan sana dengan memegang hp dan mengedarkan pandangan, aku hanya berpura-pura tidak melihat dan berjalan perlahan berharap kak Andi jalan lebih dulu.

Grrtttt…grtttt getar hpku yang menandakan adanya chat masuk “lagi dimana? Mau ke parkiran bareng ga?” lalu aku menghentikan jalanku mengambil nafas dan kujawab chatnya “boleh” jawab chat ku tidak lama hpku getar lagi “di depan gerbang ya” jawab chat ka Andi. dalam hatiku ingin rasanya ku berjingkrak-jingkrak tapi semua itu di tahan sampai aku di jalan pulang atau mungkin saat dirumah.

Aku berjalan hingga depan gerbang SMA ku, disana sudah ada kak Andi menunggu, aku berhenti didepannya dan mungkin ia menyadari hadirnya aku hingga ia mengalihkan pandangnnya dari hpnya kepadaku, lalu ia tersenyum dan ia mengangguk sebagai isyarat ‘Ayo’.

Kami berjalan berdua menuju tempat parkir sebenarnya tidak terlalu jauh ketika jalan biasa tapi untuk saat ini rasanya tempat parkir itu jauh sekali seperti mengelilingi SMA ku yang tidak terlau luas. Semakin jauh saja rasanya kalau tanpa obrolan seperti ini, aku masih berkutik dengan fikiranku entah apa yang harus menjadi topik pembicaraan hingga.

“kak/de” ucapku berbarengan dengan kak Andi

“kaka/kamu duluan aja” dan lagi-lagi berbarengan semakin terlihat kecanggungan antara kami berdua.

“jadi tadi yang chat temen aku kak” ucapku mengambil suara.

“oh, iya tau kok” jawabnya

“tapi kalau masalah keren main basketnya itu bener kok kak” jelasku meneruskan agar kak Andi tidak berfikir semuanya kebohongan.

“hah keren main basket? siapa?” tanyanya sedikit bingung dengan penjelasanku.

“loh, kata eca dia chat ke kaka tentang kalau aku mengagumi kekerenan kaka main basket” jawabku sedikit mengecilkan suara

“hah? Engga kok temen kamu Cuma nanya ‘kak besok latihan kan’ Cuma gitu gaada yang bilang gua keren main basketnya” jelas kak Andi.

Aku menepuk jidat, ‘mampus deh gue’ batinku.

“oh berarti eca ngerjain aku dong hhh” ucapku memutar bola mataku

“hahaha temen kamu lucu ya, ya tapi gapapa sih setidaknya dengan dia ngerjain kamu itu gua jadi tau kalu lo pengagum rahasia gue, but thanks ya untuk kekagumannya” goda kak Andi.

“hah? Apasih sotau banget deh ga pengagum rahasia juga sih Cuma pengagum gapake rahasia buktinya sekarang kaka tau” celoteh ku mirip seperti anak kecil yang ga mau kalah. Akhirnya sampai juga di parkiran. Sebelum kami berpisah mengambil motor masing-masing, kak Andi yang sudah jalan didepanku membalikan tubuhnya.

“hmm.. next time bisa dong kita main basket bareng? Nanti gua ajarin deh,  Tapi gua ga maksa loh” ujarnya dan menunggu jawabanku.

“hmm.. boleh tapi kalau plus makan ice cream gimana?” jawabku memberi syarat.

“oke bisa di atur and thanks udah mau nemenin ke parkiran” ujarnya berjalan tanpa meminta jawabanku.

Aku hanya tersenyum memandangi punggungnya, dan mengambil motorku. Dia mengklaksonku yang mengisyaratkan ‘duluan ya’ aku hanya mengangguk dan tersenyum.

Sesampainya dirumah aku langsung masuk kamar dan berjingkrak-jingkrak, baru kesampaian untuk berlagak seperti ini dan menulis kejadian hari ini dalam buku Harianku.

“kalau di ingat-ingat hari ini kayak permen nano-nano ya ada manis,asam,asin dan.. pait kayaknya juga ada deh, rasanya gaada beban kalo lagi kayak gini, gasabar nunggu besok deh” gumamku.

Keesokan harinya

Hari inilah hari yang kutunggu-tunggu hari dimana terdapat latihan basket. Please bisa di skip sekolahnya?

Aku berjalan terburu-buru untuk memasuki pintu gerbang, terlambat! Tapi tidak sampai harus jalan jongkok atau membersihkan toilet, semalam terlalu asik bercerita kepada  buku harian sampai lupa kalau hari ini masih sekolah.

Hari ini kelasku olahraga materinya senam test senam gitu. Tapi santai aja aku paling menyukai pelajarang Olahraga solanya pelajaran ini belajarnya diluar dan tidak memakai seragam sekolah seperti biasa yang menurutku tidak leluasa.

Aku berlari satu putaran mengelilingi lapangan futsal dan volley tidak terlalu luas, hanya satu putaran tidak masih bisa kubilang mudah. Lalu kamu senam bersama-sama, senam itu seperti ngedance tapi dengan ritme dan aturan.

Diakhir pembelajaran senam disaat bel sudah berkumandang kak Andi lewat lapangan menuju kantin aku yang sedang senam bersama dengan teman-teman langsung terhenti melihat kak Andi dia membalikan badannya sempat melihatku ‘kayaknya’ entahlah melihat dia saja aku sudah senang.

Siangnya aku latihan basket, melihat ia merebut dan mengoper bola rasanya indah sekali.

Hingga malamnya dia chat ke aku “hay pengagum rahasia, masih mengagumiku?”  aku yang membacanya merasa geli menggelitik dibagian perutku langsung ku jawab “ mau banget aku jadi pengagum rahasia?” tantangku “gua sih berharapnya gitu tapi kalo udah beralih juga gapapap kok” jawabnya yang menurutku pasrah “hahaha do’akan semoga masih” balasku dengan senyum yang menghiasi wajahku “siap!! Minggu main basket yuk di SMA” ajaknya padaku “minggu ya? Kalo sama ice cream diterima” godaku “siap bos basket beserta ice cream” balasnya “hahaha boleh-boleh” jawabku

Ketika sudah chat aku baca ulang rasanya lucu sekali, oh ini yang namanya jatuh cinta. jatuh cinta ketika kita bisa tersenyum diatas masalah, ketika kita berjalan bagaikan terbang, ketika kita akan menyenandungkan lagu cinta dan melompat setinggi awan. Indah dan memang harusnya seperti itu.

Minggu pagi-pagi sekali kak Andi sudah chat padaku “bangun! Jangan lupa basket hari ini” aku tersenyum karena diingati. Oh ini rasanya ada seseorang yang selalu mengingati kita “siap udah siap tempur kok” balasku sedikit ngawur “tempur? Kayaknya ngigo nih orang ckck” decak kak Andi “hahaha apasih kak berangkat sekarang nih?” tanyaku padanya “nanti 10 menit kalau gua udah berangkat”   jawabnya yang menurutku sedikit mengejek “serius kak!” jawabku singkat “iya serius kok emang ada tampang kalo gua ga serius?” tanyanya “gua gamau buat lo nunggu” lanjutnya, aku yang membacanya hanya tersenyum-senyum “hahaha siap!” jawabku “gua berangkat nih! Inget 10 menit ya” jawabnya mengingatkan.

Aku hanya melihat jam berkali-kali rasanya tidak sabar sekali. Yap sudah 10 menit aku langsung tancap gas menuju sekolah dengan rasa tak sabar. Sampai disana, gerbang memang sudah dibuka tapi tampaknya lapangan basket masih sepi karena tidak ada dentum pantulan bola basket. Aku menunggu 5 menit belum datang, 10 menit aku sudah tidak sabar baru ku akan beranjak pergi bunyi pantulan basket terdengar duk.. duk.. duk..

“ko pergi sih? Kan kita belum mulai main?” tanyanya padaku

“hanya ingin memastikan elo ga buat gue nunggu kak” elakku

“gitu aja marah, katanya pengagum rahasia, kalau pengagum rahasia itu harusnya bisa lebih bersabar” ucapnya seperti ‘ini loh gue yang elo kagumi’

Aku sudah merasa dipermainkan oleh kaka kelas satu ini,merasa di dewakan karena aku mengaguminya lalu aku menghampirinya dan mendaratkan 1 tamparan mulus di pipinya.

“untuk orang yang merasa dirinya di dewakan oleh seorang cewe yang mengaguminya” ucapku didepan wajahnya. Cowo itu hanya tersenyum meremehkan kalimatku.

“maaf nona manis bukan merasa di dewakan tapi ini kenyataan” ucapnya melambung tinggi.

“terus dengan lo merasa didewakan karena gue mengagumi elo, elo bisa seenaknya sama gue?” tantangku

“so kalo gue mau kenapa engga?” masih dengan style yang sama

Karena merasa harga diriku di rendahkan, aku mendaratkan 1 tamparan mulus lagi dipipi sebelahnya

“untuk cowo yang udah berani merendahkan harga diri gue”  ucapku tajam, mataku mulai panas ternyata hal yang aku tunggu tidak bisa lebih baik “dan inget satu lagi, elo gabisa seenak jidat lo terhadap gue!” lanjutku dan langsung membalikan tubuhku menutupi air mataku yang sudah siap terjun bebas.

Tanganku ditarik untuk kembali berhadapan dengannya, mukaku sudah memerah karena menahan tangis.

“dan elo belum apa-apa udah kalah!” ucapnya tajam

Aku meronta meminta tanganku dilepaskan dan cowo berengsek itu melepaskan dan aku jalan membawa tasku saat sampai di ujung akan menghilang dibalik pagar besi cowo itu memanggil.

“hei nona bola basket yang gu lemparkan ini” cowo itu melempar bola basket dan ya! Masuk! “mewakili permintaan maaf gue karena sudah membuat lo nunggu gue”

“dan bola yang ke dua ini” cowo itu melemparkannya lagi dan ya! Masuk! “mewakili permintaan maaf gua karena gua udah merendahkan elo dalam dialogue tadi” lanjutnya.

Aku membalikkan badan tidak mengerti dengan semua ini, dengan perkataan cowo itu, dengan perbuatan cowo itu yang membuatku pusing.

“dan bola yang terakhir ini” cowo itu melemparkan bola yang ke tiga dan ya! Lagi-lagi masuk “ mewakili isi hati gua ke elo” cowo itu menghampiriku membawa 1 bola basket di tangan kananya lalu ia berlutut di hadapanku, dan aku semakin tidak mengerti beribu pertanyaan di benakku.

“Aca! Claissa Salssabila, gua minta maaf atas semuanya, karena udah membuat lo bingung dan bertanya-tanya apa maksud dari ini semua.  mungkin gua bukan cowo yang romantis yang bisa merangkai deretan kalimat romantis untuk lo dan menyiapak tempat romantis seperti dipinggir danau, di atas bukit atau ditaman berbunga, mungkin gua bukan cowo bergitar yang bisa nyanyiin lo lagu cinta dibawah derasnya hujan, dan mungkin gua bukan cowo yang segalanya. Tapi ini gua, gua yang apa adanya bukan ada apanya, gua hanya cowo dengan ide-ide konyol yang ga menarik, dan gua hanya cowo yang cuma bisa melempar bola kedalam ring dengan harapan. Would you be my girl?” ucapnya dengan kalimat panjang yang membuatku ternganga dengan apa yang ia lakukan kepadaku, aku hanya terdiam membisu bingung apa yang harus ku jawab rasanya seperti ini itu seperti mimpi, tapi aku takut kalau-kalau dia hanya mengerjaiku setelah aku melambung terbang tinggu dengan kalimat yang langsung membuatku jatuh ke tanah.

“aca gua udah pegel nih ko ga di jawab?” Tanya cowo itu memelas

“gua harus jawab apa?” tanyaku seperti orang bodoh “dan lo mau gua jawab apa?” lanjutku.

“aca please maafin gua, gua tau….” Perkataannya ku hentikan dengan menaruh telunjuk ku depan bibirnya.

“gaperlu elo minta maaf dengan semua ini, mungkin awalnya gua bertanya-tanya tapi sekarang gua ngerti! Dan gua ga butuh cowo yang buatin gua beribu deretan kalimat romantis, gua gabutuh cowo yang bergitar dengan nyanyian lagu cinta, dan gua gabutuh cowo yang segalanya, gua Cuma butuh elo yang apa adanya bukan ada apanya, gua ga ngeliat elo dari menarik atau engga, karena gua melihat elo kapanpun selalu menarik, dan walaupun lo cuma bisa melempar bola ke ring gua terima elo dengan segala kekurangan elo. Bukankah cinta yang akan menutupi kekurangan itu?” jawabku.

“jadi?” tanyanya padaku

“gajadi apa-apa” jawabku seadanya.

“oh yaudah” jawabnya memelas

“jadi walaupun elo udah buat gua nunggu lama sampai berjamur gua terima elo” jawabku

“ada permintaan nih gua” ujar si cowo

“kok elo yang punya permintaan? Kan harusnya gua” ucapku

“gapapa lah sekali-sekali, ga afdol dong kalo Cuma yang nembak yang shooting bolanya, yang nerimanya juga dong” tantangnya

“jadi? Gua harus shooting bolanya nih kalo mau nerima elo? Kalo ga masuk berarti ga di terima ya? Lo kan tau shootingan gua jelek” elakku

“kalo elo nerimanya tulus pasti masuk kok” jawabnya dengan melemparkan senyum.

Dan akupun mencoba dan sedikit ragu tapi akhirnya yap! masuk.

Cinta di putih abu-abu itu sangat romantis ya walaupun dia gabilang itu romantis, baru pertama kali ngerasain seperti ini rasanya benar-benar hidup. Moment yang kayak tadi yang cuma akan dirasakan sekali dalam seumur hidup, walaupun didepan nanti ada yang akan lakuin itu lagi pasti rasanya tidak akan sama saat pertama kali merasakannya.

Cinta. Dalam hal percintaan tidak selamanya hubungan akan berjalan mulus adem ayem, kalaupun ada pasti rasanya hambar, rasa pahit itu yang mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam manjalani hubungan tidak mudah di bego-begoi, rasa asam itu yang mengajarkan kita untuk tidak mudah menyerah, dan ketika rasa pahit dan asam sudah kita rasakan maka kita akan berakhir merasakan dengan rasa manis intinya dalam menjalakan hubungan kita harus berhati-hati, tidak mudah putus asa dan optimis ketiga unsur itu yang akan membuahkan hasil yang baik.

Jangan takut untuk merasakan pahit, jangan takut untuk merasakan asam karena kalau kita takut untuk merasakan kedua itu selamat itu kita tidak akan merasakan manis.

Sampai sekarang aku masih merasa bermimpi kalau mengingat kejadian itu, aku tidak perlu lagi menyesal dengan semuanya karena yang lalu biarlah berlalu, dan sekarang aku sudah memiliki dia, dia yang berjanji untuk menggenggam tanganku, menjagaku, dan sekaligus menjadi sahabatku.

“Ca ayo pulang” ajak kak Andi padaku di ujung koridor, aku hanya tersenyum melihatnya, kamu adalah bagian dari mimpiku yang saat ini sudah tercapai, bersanding bersamamu, berjalan dan berpegang tangan bersama rasanya mimpi dan inilah ceritaku, Yang akan terus berjalan mengikuti perputaran jarum waktu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hello